Sistem Imun Pada Tubuh

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Di dalam tubuh terjadi peperangan setiap waktu. Musuh-musuh yang datang menyerangmu adalah bibit penyakit. Musuh ini dapat berdatangan dari segala tempat, bahkan dari udara yang kau hirup dan benda-benda yang kau sentuh setiap waktu. Akan tetapi, sering kali kau tidak menyadari adanya peperangan di dalam tubuhmu. Hal ini karena system pertahanan tubuhmu sangat efektif sehingga kamu tidak langsung sakit jika ada kuman yang masuk.
Ada orang yang mudah sakit, ada pula orang yang jarang sakit. Hal ini ada kaitannya dengan system pertahanan yang dimiliki oleh seseorang. Jaringan tubuh yang berperan penting dalam system pertahanan tubuh adalah jaringan darah dan jaringan limfa. Jaringan darah yang berperan dalam pertahanan tubuh adalah sel darah putih.
B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa itu system limfatik ?
2.      Apa itu system kekebalan tubuh (imunitas)?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2.      Untuk mengetahui bagaimana system limfatik dan sitem kekebalan (imunitas) berfungsi di dalam tubuh.
3.      Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari system limfa dan system kekebalan (imunitas).

D.     Metode Penulisan
Metode dalam makalah ini yaitu metode deskriptif yang teknik studi kepustakaan atau literaturenya yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, literature, dan media elektronik (internet) yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang dibahas di dalam makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    SISTEM LIMFATIK

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.

a.      Susunan limfa
*      Mirip plasma, kadar protein lebih kecil, penambahan oleh kelenjar limfe menjadikan kadar limfosit tinggi.
*      Komponen sistem yang lain : saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe).
*      Bersama organ limfahati dan sumsum tulang membentuk Retikulo-Endotelial Sistem (RES).


System limfatik dalam tubuh

b.   Fungsi
1.    Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah.
2.    Mengangkut limfosit.
3.    Membawa lemak emulsi dari usus.
4.    Menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran.
5.    Menghasilkan zat antibody.

c.    Pembuluh Limfa atau Saluran Limfa
*      Serupa vena kecil
*      Banyak katup
*      Pembuluh terkecil terdiri selapis endothelium
*      Khilus / lakteal = pembuluh limfe khusus dijumpai dalam vili usus kecil
*      Ada 2 saluran utama :
o   Duktus torasikus : mengalirkan dari seluruh tubuh selain bagian kanan
o   Duktus limfe kanan : mengalirkan dari kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada kanan
Aliran limfa
Dua area sistem limfatik

d.   Organ-organ limfoid
1.      Sumsum merah
Sumsum merah mencakup jaringan yang menghasilkan limfosit. Saat dilepaskan dari susmsum merah, sel-sel limfosit masih indentik. Perkembangan selanjutnya apakah akan menjadi sel B atau sel T tergantung pada tempat pematangannya. Sel B mengalami pematangan di sumsum merah, sedangkan sel T mengalami pematangan di timus. Kedua jenis limfosit tersebut bersilkulasi dis eluruh tubuh dan limfa, kemudian terkonsentrasi dalam limpa, nodus limfa dan jaringan limfatik.
Sumsum merah

2.      Kelenjar / nodus limfa
*      Kecil lonjong seperti kacang
*      Terdapat di sepanjang pembuluh
*      Berfungsi untuk menyaring mikroorganisme yang ada dalam limfa.
*      Banyak dijumpai di tempat pembentuk limfosit
*      Kelompok utama terdapat di : Axila / ketiak, Leher, Thorak, Abdomen, Lipat paha.
Kelenjar limfe abdomen
3.       Limpa
*      Kelenjar limfe besar
*      Terletak di sebelah kiri abdomen (hipogastrium kiri )
*      Berdekatan fundus gaster, menyentuh diafragma
·         Fungsi :
¾    membentuk sel darah merah
¾    menghasilkan limfosit
¾    pembongkaran sel darah merah,sel darah putih & trombosit
¾    bagian dari RES
Limpa
4.       Timus
Timus adalah tempat dimana limfosit berkembang menjadi sel T. timus mensekresikan hormone timopoietin yang menyebabkan kekebalan pada sel T. timus berbeda dengan organ limfoid lainnya karena hanya berfungsi untuk tempat pematangan limfosit. Selain itu juga karena timus adalah satu-satunya organ limfoid yang tidak memerangi antigen secara langsung.
Timus
5.      Tonsil
*      Terdiri atas jaringan limfe
*      Terletak di antara dua tiang fause (lengkung langit-langit)
*      Banyak terdapat persediaan limfosit
Tonsil atau amandel
B.     SISTEM KEKEBALAN (IMUNITAS)
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organism yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis  luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen  serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus, sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. Untuk dapat masuk ke dalam jaringan tubuh, benda asing harus melewati beberapa penghalang, antara lain kulit, membrane mukosa, protein antimikroba, sel fagosit, dan limfosit.
System imunitas terdiri dari imunitas bawaan dan adaptif.
a.      Imunitas bawaan
Imunitas bawaan merupakan bawaan dari tubuh kita. Penghalang yang melindungi tubuh, sel, dan senyawa kimia yang berfungsi sebagai pertahanan pertama telah ada sejak kita lahir.
*      Perlindungan Permukaan
kulit dan membrane mukosa merupakan lapis pertama pertahanan tubuh. Selama kulit tidak rusak, epithelium yang berlapis keratin sulit ditembus oleh mikroba. Keratin yang melapisi epitalium kuli juga tahan terhadap asam dan basa lemah serta racun dan enzim bakteri.  Apbila mikroba menembus kulit, membrane mukosa menghasilkan lendir lalu menjerat mikroba tersebut. Perlindungan kulit dan membrane mukosa adalah sebagai berikut.
¾    Hasil sekresi kulit cenderung bersifat asam (pH 3-5) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Minyak pada kulit mengandung zat kimia yang mengandung zat kimia pembunuh bakteri.
¾    Mukosa lambung mengandung larutan HCl dan enzim pencerna protein yang dapat membunuh mikroorganisme tersebut.
¾    Ludah dan air mata mengandung lisozim sebagai penghancur bakteri
¾    Lendir yang lengket akan memerangkap mikroorganisme yang masuk saluran pernafasan dan pencernaan.
*      Kekebalan dalam Tubuh
Jika mikroba berhasil melewati penghalang permukaan tubuh maka masih ada penghalang berikutnya yang bersiap melawannya. Penghalang yang dimaksud adalah perlindungan dalam tubuh yang bersifat nonspesifik, artinya melawan semua patogen tanpa membeda-bedakan. Perlindungan ini antara lain :
¾    Fagositosis
Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan penting yang dilakukan oleh sel yang disebut fagosit. Fagosit menelan, atau memakan patogen atau partikel. Fagosit biasanya berpatroli mencari patogen, tetapi dapat dipanggil ke lokasi spesifik oleh sitokin. Ketika patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang disebut fagosom, yang sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya yang disebut lisosom untuk membentuk fagolisosom. Patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom. Fagositosis berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, tetapi peran ini diperluas di fagosit untuk memasukan menelan patogen sebagai mekanisme pertahanan. Fagositosis mungkin mewakili bentuk tertua pertahanan, karena fagosit telah diidentifikasikan ada pada vertebrata dan invertebrata.
Neutrofil dan makrofaga adalah fagosit yang berkeliling di tubuh untuk mengejar dan menyerang patogen. Neutrofil dapat ditemukan di sistem kardiovaskular dan merupakan tipe fagosit yang paling berlebih, normalnya sebanyak 50% sampai 60% jumlah peredaran leukosit. Selama fase akut radang, terutama sebagai akibat dari infeksi bakteri, neutrofil bermigrasi ke tempat radang pada proses yang disebut chemotaksis, dan biasanya sel pertama yang tiba pada saat infeksi. Makrofaga adalah sel serba guna yang terletak pada jaringan dan memproduksi susunan luas bahan kimia termasuk enzim, protein komplemen, dan faktor pengaturan seperti interleukin 1. Makrofaga juga beraksi sebagai pemakan, membersihkan tubuh dari sel mati dan debris lainnya, dan sebagai sel penghadir antigen yang mengaktivasi sistem imun adaptif.
Sel dendritik adalah fagosit pada jaringan yang berhubungan dengan lingkungan luar; oleh karena itu, mereka terutama berada di kulit, hidung, paru-paru, perut, dan usus. Mereka dinamai untuk kemiripan mereka dengan dendrit, memiliki proyeksi mirip dengan dendrit, tetapi sel dendritik tidak terhubung dengan sistem saraf. Sel dendritik merupakan hubungan antara sistem imun adaptif dan bawaan, dengan kehadiran antigen pada sel T, salah satu kunci tipe sel sistem imun adaptif.
Mastosit terletak di jaringan konektif dan membran mukosa dan mengatur respon peradangan. Mereka berhubungan dengan alergi dan anafilaksis. Basofil dan eosinofil berhubungan dengan neutrofil. Mereka mengsekresikan perantara bahan kimia yang ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit dan memainkan peran pada reaksi alergi, seperti asma. Sel pembunuh alami adalah leukosit yang menyerang dan menghancurkan sel tumor, atau sel yang telah terinfeksi oleh virus.
¾    Sel Natural killer
Sel NK berjaga di system peredaran darah limfatik. Sel ini merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkannyasistem imunitas adaptif. Sel ini tidak bersifat fagosittik. Sel NK membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan melepaskan senyawa kimia yang disebut perforin.
¾    Protein Antimokroba
Protein antimikroba meningkatkan pertahanan dalam tubuh dengan melawan mikroorganisme secara langsung atau dengan menghalangi kemampuannya untuk bereproduksi. Protein anbtimikroba yang penting adalah interferon dan protein komplemen.
Interferon merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh sel tubuh yang terinfeksi virus untuk melindungi bagian sel lain disekitarnya. Interferon mampu menghambat perbanyakan sel-sel yang terinfeksi, namun dapat meningkatkan diferensisasi sel-sel.
Protein komplemen adalah sekelompok plasma protein yang bersikulasi di darah dalam keadaan tidak aktif. Protein komplemen dapat diaktifkan oleh munculnya ikatan antigen dan atibodi atau jika protein komplemen bertemu dengan molekul polisakarida di permukaan tubih mikroorganisme.
b.      Imunitas Adaptif
System imunitas adaptif diaktifkan oleh system kekebalan bawaan. Imunitas  adaptif mampu mengenali dan mengingat pathogen spesifik sehingga dapat bersiap bila infeksi pathogen yang sama terjadi di kemudian hari. Contoh system imunitas adaptif yang penting adalah limfosit.
*      Limfosit
Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan sel T adalah tipe utama limfosit yang berasal dari sel punca hematopoietik pada sumsum tulang. Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon imun selular.
Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifil. Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri" yang disebut molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel T γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC.
Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada permukaan sel B dan mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. Tiap keturunan sel B memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.

*      Sel T pembunuh

Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka.[41]
Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis. Sel T pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyak yang disediakan oleh sel T pembantu.
*      Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. Sel tersebut tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas tersebut.
Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada molekul MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu CD4 yang merekrut molekul di dalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T. Sel T pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC:antigen kompleks daripada pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu yang harus dililit pada MHC:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sementara sel T pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC:antigen. Kativasi sel T pembantu juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang memiliki antigen. Aktivasi sel T pembantu yang beristirahat menyebabkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel. Sinyak sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel T pembunuh. Aktivasi sel T pembantu menyebabkan molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi.
*      Antibodi dan limfosit B
Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen asing. Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis ke peptid. Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas II. Kombinasi MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan mengaktivkan sel B. Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara langsung dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang digunakan virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.
TABEL KOMPONEN IMUNITAS
IMUNITAS BAWAAN
IMUNITAS ADAPTIF
Respon tidak spesifik
Respon spesifik pathogen dan antigen
Eksposur menyebabkan respon maksimal segara
Perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal
Komponen imunitas selular dan respon imun humoral
Komponen imunitas selular dan respon imun humoral
Tidak ada memori imunologikal
Eksposur menyebabkan adanya memori imunologikal
Ditemukan hamper pada semua banyak kehidupan
Hanya ditemukan pada gnatostomata
Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependean dari generator antibodi) dan dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan respon imun.
c.       Macam-macam Imunitas Tubuh
Ketika sel B dan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup binatang, memori sel tersebut akan mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan di masa depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.
*      Imunitas pasif
Imunitas pasif biasanya berjangka pendek, hilang antara beberapa hari sampai beberapa bulan. Bayi yang baru lahir tidak memiliki eksposur pada mikroba dan rentan terhadap infeksi. Beberapa lapisan perlindungan pasif disediakan oleh ibu. Selama kehamilan, tipe antibodi yang disebut IgG, dikirim dari ibu ke bayi secara langsung menyebrangi plasenta, sehingga bayi manusia memiliki antibodi tinggi bahkan saat lahir, dengan spesifisitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya. Air susu ibu juga mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi bakteri sampai bayi dapat mengsintesiskan antibodinya sendiri. Imunitas pasif ini disebabkan oleh fetus yang tidak membuat memori sel atau antibodi apapun, tetapi hanya meminjam. Pada ilmu kedokteran, imunitas pasif protektif juga dapat dikirim dari satu individu ke individu lainnya melalui serum kaya-antibodi.

Lama waktu respon imun dimulai dengan penemuan patogen dan menyebabkan formasi memori imunologikal aktif.
*      Imunitas aktif dan Imunisasi
Memori aktif jangka panjang didapat diikuti dengan infeksi oleh aktivasi sl B dan T. Imunitas aktif dapat juga muncul buatan, yaitu melalui vaksinasi. Prinsip di belakang vaksinasi (juga disebut imunisasi) adalah ntuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk menstimulasikan sistem imun dan mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen tanpa menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan organisme tersebut. Hal ini menyebabkan induksi respon imun dengan sengaja berhasil karena mengeksploitasi spesifisitas alami sistem imun. Dengan penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian pada populasi manusia, vaksinasi muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia yang paling efektif.
Kebanyakan vaksin virus berasal dari selubung virus, sementara banyak vaksin bakteri berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang tidak melukai. Sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat menyebabkan respon adaptif, kebanyakan vaksin bakter disediakan dengan penambahan ajuvan yang mengaktifkan sel yang memiliki antigen pada sistem imun bawaan dan memaksimalkan imunogensitas.

d.      Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Imunitas
Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori: defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas.
*      Defisiensi imun
Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif. Kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golongan tua, dengan respon imun mulai untuk berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena immunosenescence. Di negara-negara berkembang, obesitas, penggunaan alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk. Namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Defisiensi imun juga dapat didapat. Chronic granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, adalah contoh dari defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan defisiensi imun dapatan.

*      Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh. Dibawah keadaan sekitar yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi dengan peptid sendiri. Satu fungsi sel (terletak di thymus dan sumsum tulang) adalah untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen sendiri yang diproduksi pada tubuh dan untuk membunuh sel tersebut yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas.
*      Hipersensitivitas
Hipersensitivitas adalah respon imun yang berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh sendiri. Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari mastosit dan basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM. Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III. Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofaga.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Serangan mikroba atau benda asing ke dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Serangan itu dihadapi oleh system pertahanan tubuh. Komponen penting pada system pertahanan tubuh adalah system limfatik dan system kekebalan tubuh (imunitas).
System limfatik terdiri dari pembuluh limfa serta jaringan dan organ-organ limfoid. Limfa berasal dari cairan darah yang keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke jaringan tubuh. Saat limfa melewati nodus limfa (buku limfa), cairan limfa akan disaring dan dibersihkan dari kuman.
System kekebalan mencakup kekebalan bawaaan dan kekebalan adaptif. Kekebalan bawaan antara lain kulit, membrane mukosa,  fagosit, sel natural killer, dan protein antimikroba. Kekebalan adaptif contohnya adalah limfosit. Lagosit dan limfosit merupakan bagian dari sel darah putih. Fagosit terdiri dari makrofag, neutrofil, dan eosinofil yang berperan memangsa benda asing yang masuk ke tubuh. Limfosit terdiri dari limfosit T dan limfosit B yang berperan menghancurkan mikroorganisme.
Kekebalan tubuh dapat dibedakan menjadi kekebalan aktif dan pasif. Kekebalan aktif terjadi jika tubuh menghasilkan antibody untuk menahan molekul asing (antigen). Kekebalan pasif terjadi akibat adanya transfer antibody antar individu.
Penyakit yang menggangu system kekebalan ytubuh antara lain defisiensi kekeblan (misalnya AIDS) dan penyakit autoimunitas.

0 komentar:

Posting Komentar